Pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini [Yana dalam Rohim , Bima dan Julian, 2016].
Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.
Konsep Pembelajaran Abad 21
Tantangan Guru Pada Abad 21 menurut Winarno Surakhmad dalam Wasitohadi ada empat sifat yang muncul di abad 21 yang mempengaruhi kehidupan dan peradaban manusia, yaitu:- Bahwa akan terjadi perubahan yang besar di dalam hampir semua bidang kehidupan, dan bahwa perubahan tersebut akan berlangsung semakin hari semakin terakselerasi.
- Bahwa peranan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengambil posisi yang sentral yang langsung mempengaruhi bukan saja gaya hidup manusia sehari-hari, tetapi juga mempengaruhi nilai-nilai seni, moral dan agama.
- Bahwa pertarungan dan persaingan hidup antara bangsa-bangsa tidak akan terbatas di bidang ekonomi saja, tetapi juga di berbagai bidang lainnya, termasuk bidang budaya dan ideologi.
- Bahwa karena pengaruh ilmu dan teknologi, nilai-nilai moral dan agama akan langsung tercabut dan bukan mustahil akan menimbulkan sistem nilai yang berbeda dari apa yang dikenal sampai saat ini. Seiring dengan sentralnya peranan Iptek, perkembangan industri berbasis iptek akan berkembang dengan cepat.
Sementara itu, ada tantangan untuk menghadapi persaingan global. Kemampuan bersaing tersebut amat ditentukan oleh pendidikan yang bermutu. Mutu yang dimaksud bukan hanya dapat memenuhi standar nasional, melainkan untuk memenuhi standar internasional agar sumber daya manusia Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Pergeseran paradigma pendidikan abad 21 menurut Laporan BSNP tahun 2010 dalam Wasitohadi [BSNP, 2010; Kemdikbud, 2012] meliputi:
- Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa;
- Dari satu arah menuju interaktif;
- Dari isolasi menuju lingkungan jejaring;
- Dari pasif menuju aktif menyelidiki;
- Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata;
- Dari pembelajaran pribadi menjadi menuju pembelajaran berbasis tim.
- Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan;
- Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru;
- Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
- Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan;
- Dari usaha sadar tunggal menuju jamak;
Jadi apa yang dimaksud dengan pembelajaran abad 21?
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Pola pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah sedangkan siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Satu hal lain yang penting yaitu guru akan menjadi contoh pembelajar [learner model], guru harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga sebetulnya dalam seluruh proses pembelajaran ini guru dan siswa akan belajar bersama namun guru mempunyai tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas.
Menurut Anda mengapa seorang guru perlu memahami pembelajaran abad 21?
Pembelajaran abad 21 memiliki tantangan tersendiri. Tantangan pendidikan abad 21 menurut PBB yaitu membangun masyarakat berpengetahuan [knowledge-based society] yang memiliki:
- keterampilan melek TIK dan media [ICT and media literacy skills],
- keterampilan berpikir kritis [critical thinking skills],
- keterampilan memecahkan masalah [problem-solving skills),
- keterampilan berkomunikasi efektif [effective communication skills]; dan
- keterampilan bekerjasama secara kolaboratif [collaborative skills].
Kelima karakteristik masyarakat abad 21 menurut PBB tersebut dapat dibangun melalui pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, sesungguhnya peran TIK adalah sebagai “enabler” atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Jadi, TIK dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Bila dilihat dari sisi peran TIK bagi guru, maka pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran seharusnya memungkinkan guru untuk:
- menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar.
- dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar.
Jika, pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran hanya bertujuan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, dimana ia berperan sebagai satu-satunya sumber informasi dan sumber segala jawaban, maka lima keterampilan masyarakat abad 21 yang dicanangkan PBB seperti dijelaskan di atas tidak akan berhasil.
Menurut Rohim, Bima dan Julian [UNY, 2016] untuk mampu mengembangkan pembelajaran abad 21 ini ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan yaitu antara lain:
- Tugas Utama Guru Sebagai Perencana Pembelajaran Sebagai fasilitator dan pengelola kelas maka tugas guru yang penting adalah dalam pembuatan RPP. RPP haruslah baik dan detil dan mampu menjelaskan semua proses yang akan terjadi dalam kelas termasuk proses penilaian dan target yang ingin dicapai. Dalam menyusun RPP, guru harus mampu mengkombinasikan antara target yang diminta dalam kurikulum nasional, pengembangan kecakapan abad 21 atau karakter nasional serta pemanfaatan teknologi dalam kelas.
- Masukkan unsur Berpikir Tingkat Tinggi [Higher Order Thinking]. Teknologi dalam hal ini khususnya internet akan sangat memudahkan siswa untuk memperoleh informasi dan jawaban dari persoalan yang disampaikan oleh guru. Untuk permasalahan yang bersifat pengetahuan dan pemahaman bisa dicari solusinya dengan sangat mudah dan ada kecenderungan bahwa siswa hanya menjadi pengumpul informasi. Guru harus mampu memberikan tugas di tingkat aplikasi, analisa, evaluasi dan kreasi, hal ini akan mendorong siswa untuk berpikir kritis dan membaca informasi yang mereka kumpulkan sebelum menyelasikan tugas dari guru.
- Penerapan pola pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi Beberapa pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek [Project Based Learning], pembelajaran berbasis keingintahuan [Inquiry Based Learning] serta model pembelajaran silang [jigsaw] maupun model kelas terbalik [Flipped Classroom] dapat diterapkan oleh guru untuk memperkaya pengalaman belajar siswa [Learning Experience]. Satu hal yang perlu dipahami bahwa siswa harus mengerti dan memahami hubungan antara ilmu yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata, siswa harus mampu menerapkan ilmunya untuk mencari solusi permasalahan dalam kehidupan nyata.
- Integrasi Teknologi Sekolah dimana siswa dan guru mempunyai akses teknologi yang baik harus mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, siswa harus terbiasa bekerja dengan teknologi seperti layaknya orang yang bekerja. Seringkali guru mengeluhkan mengenai fasilitas teknologi yang belum mereka miliki, satu hal saja bahwa pengembangan pembelajaran abad 21 bisa dilakukan tanpa unsur teknologi, yang terpenting adalah guru yang baik yang bisa mengembangkan proses pembelajaran yang aktif dan kolaboratif, namun tentu saja guru harus berusaha untuk menguasai teknologinya terlebih dahulu.Hal yang paling mendasar yang harus diingat bahwasannya teknologi tidak akan menjadi alat bantu yang baik dan kuat apabila pola pembelajarannya masih tradisional.
Jadi menurut Anda, apakah Anda sudah melaksanakan pembelajaran abad 21 dalam proses pembelajaran di kelas?
Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21
Menurut Jennifer Nichols dalam Rohim , Bima dan Julian [2016] menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:- Instruction should be student-centered.
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalahmasalah nyata yang terjadi di masyarakat. - Education should be collaborative.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. - Learning should have context.
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata [real word]. Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehariharinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata. - Schools should be integrated with society.
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.
Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
Berdasarkan prinsip-prinsip pokok pembelajaran abad 21, coba Anda diskusikan sebuah rancangan pembelajaran yang menerapkan prinsip pembelajaran abad 21 sesuai mata pelajaran yang Anda ampu!.
Selamat mencoba, SEMOGA SUKSES!
[*Ambil File Sumber Pembelajaran Abad 21]
Video pilihan khusus untuk Anda 😊 Contoh Proses Belajar Mengajar yang dianjurkan pada Kurikulum 2013;
No comments:
Post a Comment