Maka tidak heran jika semua laki-laki menginginkan istrinya shalehah, bahkan perempuan itu sendiri juga ingin menjadi istri yang sholehah. Mengenai bagaimana menjadi istri yang shalehah, teman-teman bisa pelajari artikel kami yang berjudul "10 Tips dan Cara Agar Menjadi Istri yang Shalihah"
Lantas, apa sajakah keistimewaan menjadi istri yang sholehah atau memiliki istri yang sholehah? Untuk lebih jelasnya, silakan simak ulasannya berikut ini sebagaimana dilansir dari laman Republika Online.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa putera Abu Tholhah sakit. Ketika itu Abu Tholhah keluar, lalu puteranya tersebut meninggal dunia. Ketika Abu Tholhah kembali, ia berkata, “Apa yang dilakukan oleh puteraku?” Istrinya (Ummu Sulaim) malah menjawab, “Ia sedang dalam keadaan tenang.” Ketika itu, Ummu Sulaim pun mengeluarkan makan malam untuk suaminya, ia pun menyantapnya. Kemudian setelah itu Abu Tholhah menyetubuhi istrinya. Ketika telah selesai memenuhi hajatnya, istrinya mengatakan kabar meninggalnya puteranya. Tatkala tiba pagi hari, Abu Tholhah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan tentang hal itu. Rasulullah pun bertanya, “Apakah malam kalian tersebut seperti berada di malam pertama?” Abu Tholhah menjawab, “Iya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendo’akan, “Allahumma baarik lahumaa, Ya Allah berkahilah mereka berdua.”
Dari hubungan mereka tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anas berkata bahwa Abu Tholhah berkata padanya, “Jagalah dia sampai engkau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengannya.” Anas pun membawa anak tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ummu Sulaim juga menitipkan membawa beberapa butir kurma bersama bayi tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengambil anak tersebut lantas berkata, “Apakah ada sesuatu yang dibawa dengan bayi ini?” Mereka berkata, “Iya, ada beberapa butir kurma.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan mengunyahnya. Kemudian beliau ambil hasil kunyahan tersebut dari mulutnya, lalu meletakkannya di mulut bayi tersebut. Beliau melakukan tahnik dg meletakkan kunyahan itu di langit-langit mulut bayi. Beliau pun menamakan anak tersebut dengan Abdullah. (HR Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 2144).
Apa mutiara hikmah yang bisa kita petik dari hadits di atas? Banyak sekali, yang intinya adalah menunjukkan keistimewaan wanita salehah. Istri salehah sangat kuat aqidahnya sehingga tidak rapuh cengeng walau anak kesayangan wafat.
Istri salehah itu "muthiiah", taatnya pada suaminya karena Allah sangat sangat mengagumkan.
Istri salehah itu tidak mudah berkeluh kesah dari hal yang kecil kecil sampai peristiwa wafat sekalipun.
Istri salehah berbuat terbaik dan terindah untuk membahagiakan suaminya. Mungkin tidak terbayangkan, anak meninggal namun ia masih bisa berdandan tau berhias untuk melayani suaminya.
Istri salehah itu pantang menjadi beban suaminya, dari sekedar berkata, keluh kesah apalagi sampai sikap yang tidak menyenangkan.
Istri salehah itu "afiifah", perawat terbaik bentuk tubuhnya dan pesolek yang hebat.
Istri salehah "gholimah" pelayan dan penggoda hebat suaminya, bahkan aktif menawarkan diri terkebih dulu dengan rayuan dan pakaiannya.
Istri salehah itu koki, juru masak yang pintar untuk suami.
Istri salehah itu berjihad dengan menyembunyikan lelah diri di hadapan suaminya.
Istri salehah sangat tahu persis hak kewajiban dirinya kepada suaminya tercinta fillah.
Istri salelah itu "muskinah", penenang jiwa, pelipur lara dan pembangkit semangat suami berjuang di jalan Allah.
Allhahumma ya Allah berkahi kami dengan suami ayah iman teladan dalam ketakwaan, para istri yang semua para bidadari salehah, dan anak cucu keturunan saleh salehah. Aamiin.
Jika artikel ini bermanfaat, silakan teman-teman bisa share artikel ini orang-orang yang dicintai, agar mereka juga mengerti tentang keistimewaan istri sholehah. Semoga bermanfaat. Sumber https://www.blogkhususdoa.com/
No comments:
Post a Comment